TUGAS INSAN
Sesungguhnya segala sesuatu yang telah diciptakan Allah SWT punya fungsi dan tugasnya masing-masing, tidak ada yang percuma dan sia-sia. begitupun kita sebagai manusia tentu membawa tugas dan fungsinnya tersendiri pula. Allah sebagai Alkholiq punya rancangan , mengapa tetumbuhan dan hewan dicipta, terspesial untuk langit dan bumi kita, mengapa langit dan Bumi ini dicipta. Pertanyaannya adalah apakah tugas kita yang sesungguhnya diciptakan oleh Allah SWT ?
Allah telah menegaskan hal itu lewat ayatNya yang tertera di dalam QS. 51:56 "apa peran kita dimuka bumi ini, mengapa kita dihadirkan di dunia ini. Tentu tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menyembah Allah/beribadah/mengabdi hanya kepada Allah SWT. Kalau ada orang yang menyatakan untuk mengejar dunia ini, ya bisa-bisa saja bahkan untuk merampok melampiaskan nafsu durjana atau menumpuk dosa juga bisa bisa saja. tetapi pertanyaannya adalah memang untuk itukah kita dicipta Allah SWT ? kalau kita jawab "YA" itu berarti orang yang sudah terhasut hawa nafsunya untuk memburu dunia. kalau ada yang jawab "tidak" ini bisa dikatakan orang mulai sadar akan keberadaan/eksistensinya di dunia.
lantas pertanyaan selanjutnya " bagaimanakah cara kita harus menjalankan aktivitas ibadah tersebut ? jawabannya :
1. lihat QS 98: 5 intinya : perintah ibadah haruslah dilakukan dengan ikhlash semata-mata karena Allah SWT. baik dari sisi motiv maupun tujuannya untuk menggapai Ridho Allah SWT
2. Athiullah wa athiur rosul. Rosulullah adalah contoh sekaligus representatif Allah di muka Bumi. maka ibadah harus ada dasarnya. Dasarnya adalah ikut perintah Allah dan Rosulullah. Oleh sebab itu setiap aktivitas ibadah mestilah berlandaskan ajaran dan tuntunan beliau. Ibadah tanpa tuntunan beliau berarti mengada-ngada alias ditolak.
menjadi Abdi Allah adalah merupakan tupoksi kita sebagai manusia. namun kita kebanyakannya adalah makhluk yang suka lalai dan melupakannya. sebab lalai atau melupakannya mungkin bisa kita katakan karena 4 perkara :
1.karena bibit hawa nafsu kita yang tidak kita perangi,
2 bisa karena perhiasan dunia,
3 bisa saja karena hasutan musuh bubuyutan manusia yaitu iblis/syaithon, atau yang ke
4 bisa karena garis takdir kita.
Siapapun dia manusianya tentu harus menyadari siapa musuhnya sendiri agar bisa menegakkan TUPOKSInya dimuka bumi. Bila tidak maka diri kita akan dengan mudah dihancurkan dan terbawa arus bujukan insan dan syaithon. sedikit kita singgung persoalan musuh 51:56 ini di dalam hidup kita
Sesungguhnya 51:56 potensi pengabdian kita sebagai seorang Hamba akan bertanding dengan dimensi syahwat kita sendiri 3:14, yang bila di rinci hubbu manusia mengarah kepada 75:20, 100:8.... dll. kata 'ajilah defenitifnya adalah segala hal keduniaan misalkan harta kekayaan, ketenaran, tahta/jabatan, wanita, anak, ternak dsb. kata 'ajilah bahasa populernya sama maknanya dengan arti sekuler, liberal yang identik dengan sikap hidup kapitalis, sosialis dan komunis. hidup untuk kesenangan duniawiyah, euforia dengan gemerlapnya materi tanpa menimbang dimensi eskatologis (ukhrowiyah).
Sesungguhnya segala sesuatu yang telah diciptakan Allah SWT punya fungsi dan tugasnya masing-masing, tidak ada yang percuma dan sia-sia. begitupun kita sebagai manusia tentu membawa tugas dan fungsinnya tersendiri pula. Allah sebagai Alkholiq punya rancangan , mengapa tetumbuhan dan hewan dicipta, terspesial untuk langit dan bumi kita, mengapa langit dan Bumi ini dicipta. Pertanyaannya adalah apakah tugas kita yang sesungguhnya diciptakan oleh Allah SWT ?
Allah telah menegaskan hal itu lewat ayatNya yang tertera di dalam QS. 51:56 "apa peran kita dimuka bumi ini, mengapa kita dihadirkan di dunia ini. Tentu tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menyembah Allah/beribadah/mengabdi hanya kepada Allah SWT. Kalau ada orang yang menyatakan untuk mengejar dunia ini, ya bisa-bisa saja bahkan untuk merampok melampiaskan nafsu durjana atau menumpuk dosa juga bisa bisa saja. tetapi pertanyaannya adalah memang untuk itukah kita dicipta Allah SWT ? kalau kita jawab "YA" itu berarti orang yang sudah terhasut hawa nafsunya untuk memburu dunia. kalau ada yang jawab "tidak" ini bisa dikatakan orang mulai sadar akan keberadaan/eksistensinya di dunia.
lantas pertanyaan selanjutnya " bagaimanakah cara kita harus menjalankan aktivitas ibadah tersebut ? jawabannya :
1. lihat QS 98: 5 intinya : perintah ibadah haruslah dilakukan dengan ikhlash semata-mata karena Allah SWT. baik dari sisi motiv maupun tujuannya untuk menggapai Ridho Allah SWT
2. Athiullah wa athiur rosul. Rosulullah adalah contoh sekaligus representatif Allah di muka Bumi. maka ibadah harus ada dasarnya. Dasarnya adalah ikut perintah Allah dan Rosulullah. Oleh sebab itu setiap aktivitas ibadah mestilah berlandaskan ajaran dan tuntunan beliau. Ibadah tanpa tuntunan beliau berarti mengada-ngada alias ditolak.
menjadi Abdi Allah adalah merupakan tupoksi kita sebagai manusia. namun kita kebanyakannya adalah makhluk yang suka lalai dan melupakannya. sebab lalai atau melupakannya mungkin bisa kita katakan karena 4 perkara :
1.karena bibit hawa nafsu kita yang tidak kita perangi,
2 bisa karena perhiasan dunia,
3 bisa saja karena hasutan musuh bubuyutan manusia yaitu iblis/syaithon, atau yang ke
4 bisa karena garis takdir kita.
Siapapun dia manusianya tentu harus menyadari siapa musuhnya sendiri agar bisa menegakkan TUPOKSInya dimuka bumi. Bila tidak maka diri kita akan dengan mudah dihancurkan dan terbawa arus bujukan insan dan syaithon. sedikit kita singgung persoalan musuh 51:56 ini di dalam hidup kita
Sesungguhnya 51:56 potensi pengabdian kita sebagai seorang Hamba akan bertanding dengan dimensi syahwat kita sendiri 3:14, yang bila di rinci hubbu manusia mengarah kepada 75:20, 100:8.... dll. kata 'ajilah defenitifnya adalah segala hal keduniaan misalkan harta kekayaan, ketenaran, tahta/jabatan, wanita, anak, ternak dsb. kata 'ajilah bahasa populernya sama maknanya dengan arti sekuler, liberal yang identik dengan sikap hidup kapitalis, sosialis dan komunis. hidup untuk kesenangan duniawiyah, euforia dengan gemerlapnya materi tanpa menimbang dimensi eskatologis (ukhrowiyah).
bagaimana mungkin kita menegakkan tugas hakiki kita sebagai makhluk sebagaimana yang tergaris di dalam QS 51:56 ? sementara syahwat dan hawa kita mendominasi diri. ini sepadan dengan ungkapan "bagai memegang bara api".
sebagai penegasan sekali lagi stressing bahwa QS 51:56 memberitahukan kepada kita tentang tujuan kita dicipta Allah SWT, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk beribadah kepadaNya atau mengabdi kepadaNya atau menjadi hambaNya, bukan untuk memuaskan nafsu syahwati kita sebagai manusia apalagi untuk melampiaskan hawa nafsu kita. kita dituntut menjadi hambaNya dan bukan menjadi hamba harta, hamba tahta atau bahkan hamba wanita dan bla,bla,bla...
sementara syahwat dan hawa nafsu kita mengarahkan kita untuk memburu kesenangan duniawiyah.
Siapapun yang bisa bertahan pada tupoksinya sebagai Abdi Allah (sesuai 51:56) , maka mau tidak mau dia mesti berperang melawan musuh abadi diri yaitu hawa nafsu. Perjuangan melawan dominasi hawa nafsu merupakan perang terbesar dan teralot sepanjang hayat manusia. itulah yang disebut Rosulullah sebagai jihad yang paling besar (sebabnya karena tak ada kata henti) walaupun sebahagian ahli hadits menyatakannya sebagai hadits dhoif, namun matannya masih selaras dengan informasi Qur'an di dalam QS. 80:40 perjuangan melawan dominasi hawa pada nafs sebagai tanda khoufnya ia pada maqom Robnya tidak nekat dan ceroboh hingga siap saja menjadi manusia yang dikuasai oleh hawa nafsunya sendiri. (Lih juga QS 29 : 6).
Rosulullah menyatakan bahwa ibadah itu adalah hak Allah atas seorang hamba. Ibadah yang terbebas dari kesyirikan atau steril dari sikap menduakan Allah. sedangkan hak kita adalah tidak terkena azaab manakala kita menunaikan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita kepada Allah.
2. 2:30 khalifah Allah dimuka bumi.
Sejak awal garis takdir Nabi Adam adalah untuk diproses menjadi khalifah di bumi dan bukan di langit atau di syurga. maka keturunannya merupakan pewaris bumi dan berkedudukan sebagai kholifahnya. kitalah pengelola bumi yang merupakan amanah ilahi. namun memang pd kenyataannya sebagai pengelola , manusia masih mengelola menurut cara dan selera mereka sendiri. sehingga terjadi ketidak serasian hidup antara alam dengan manusia akibat eksploitasi dan perusakan bumi yang terus menerus baik segi alamnya maupun segenap habitat tetumbuhan dan hewan, begitupun antar manusia dengan manusia lain terjadi ketidak seimbangan/kesenjangan dan ketidak adilan. kebanyakannya dipicu oleh nafsu syahwati dan hawa nafsu manusia yang tetap merasa kurang tanpa bisa bersyukur dengan segala yang telah diberi. Khalifah Allah adalah seorang pengatur, penata, pengelola, manager , pemimpin bagi makhluk bumi. yang pengelola memakai standard Seorang Kholifatullah fil
ardh sesuai dengan lakon pendahulu kita contoh nya Qs 38:26 penegakàn hukum secara adil Dan proportional, bukan seperti mereka yang terdapat di dalam Qs 19:59 sudah tak menjalankan amar sholat malah ikut hawa pula.
Harapan kita bumi ini dipenuhi hamba2 Allah yang loyalitasnya kepada Allah tidak diragukan làgi Dan bermunculannya sang Kholifatullah2 ,mereka2 yang siap sedia memegang kitabullah secara istiqomah Dan menegakkàn hukum Allah dikalangan manusia dgn hak Dan adil. Amin
Wahai kaum muslimin ! berhati-hatilah dalam beribadah serta mengemban kekhalifahan.
Siapapun yang bisa bertahan pada tupoksinya sebagai Abdi Allah (sesuai 51:56) , maka mau tidak mau dia mesti berperang melawan musuh abadi diri yaitu hawa nafsu. Perjuangan melawan dominasi hawa nafsu merupakan perang terbesar dan teralot sepanjang hayat manusia. itulah yang disebut Rosulullah sebagai jihad yang paling besar (sebabnya karena tak ada kata henti) walaupun sebahagian ahli hadits menyatakannya sebagai hadits dhoif, namun matannya masih selaras dengan informasi Qur'an di dalam QS. 80:40 perjuangan melawan dominasi hawa pada nafs sebagai tanda khoufnya ia pada maqom Robnya tidak nekat dan ceroboh hingga siap saja menjadi manusia yang dikuasai oleh hawa nafsunya sendiri. (Lih juga QS 29 : 6).
Rosulullah menyatakan bahwa ibadah itu adalah hak Allah atas seorang hamba. Ibadah yang terbebas dari kesyirikan atau steril dari sikap menduakan Allah. sedangkan hak kita adalah tidak terkena azaab manakala kita menunaikan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita kepada Allah.
2. 2:30 khalifah Allah dimuka bumi.
Sejak awal garis takdir Nabi Adam adalah untuk diproses menjadi khalifah di bumi dan bukan di langit atau di syurga. maka keturunannya merupakan pewaris bumi dan berkedudukan sebagai kholifahnya. kitalah pengelola bumi yang merupakan amanah ilahi. namun memang pd kenyataannya sebagai pengelola , manusia masih mengelola menurut cara dan selera mereka sendiri. sehingga terjadi ketidak serasian hidup antara alam dengan manusia akibat eksploitasi dan perusakan bumi yang terus menerus baik segi alamnya maupun segenap habitat tetumbuhan dan hewan, begitupun antar manusia dengan manusia lain terjadi ketidak seimbangan/kesenjangan dan ketidak adilan. kebanyakannya dipicu oleh nafsu syahwati dan hawa nafsu manusia yang tetap merasa kurang tanpa bisa bersyukur dengan segala yang telah diberi. Khalifah Allah adalah seorang pengatur, penata, pengelola, manager , pemimpin bagi makhluk bumi. yang pengelola memakai standard Seorang Kholifatullah fil
ardh sesuai dengan lakon pendahulu kita contoh nya Qs 38:26 penegakàn hukum secara adil Dan proportional, bukan seperti mereka yang terdapat di dalam Qs 19:59 sudah tak menjalankan amar sholat malah ikut hawa pula.
Harapan kita bumi ini dipenuhi hamba2 Allah yang loyalitasnya kepada Allah tidak diragukan làgi Dan bermunculannya sang Kholifatullah2 ,mereka2 yang siap sedia memegang kitabullah secara istiqomah Dan menegakkàn hukum Allah dikalangan manusia dgn hak Dan adil. Amin
Wahai kaum muslimin ! berhati-hatilah dalam beribadah serta mengemban kekhalifahan.