Senin, 06 Juni 2011

Sebaik-baik Hadits

ISLAM PENCERAH.
Banyak orang menyangka bahwa yang disebut hadits hanyalah perkataan Rosulullah saw, padahal dalam persoalan perkataan/hadits tidak harus semuanya merujuk kepada Rosulullah saw belaka, sebab bukan hanya Rosulullah saja yang berkata dalam dunia ini. Persoalannya adalah siapakah yang melontarkan perkataan/hadits itu, dan apakah yang dikatakannya/dihaditskannya? apakah masih selaras, sejalur dan selajur dengan Perkataan Allah dan RosulNya apa tidak ?. Itulah yang terpenting dari ke semua pembicaraan tentang perkataan/hadits.

Banyak pula diantara kalangan kaum Muslimin menyatakan begitu cepatnya menerima hadits-hadits yang diucapkan seseorang dengan menyatakan ini dari Rosulullah saw tanpa menilik apakah perkataannya benar atau dusta, lurus atau menyimpang, kurang atau lebih. Menerima bulat-bulat/mentah-mentah begitu saja bisa dikatakan bodoh dan tertipu, sedangkan perkataan demi perkataan yang beredar dalam kehidupan ini banyak yang mengandung kedustaan dan penyimpangan.

Perkataan Rosul dijadikan alasan dan landasan untuk menyimpangkan jalan kebenaran, dijadikan alat pembenaran diri sendiri dan golongan, padahal dusta, padahal tipu muslihat, apa tidak akan terlihat ?. Banyak manusia mengambil perkataan Rosulullah saw sebagai penguat dalil diri/kelompok/golongan/ormas/mahzab semata. semua merasa bangga dengan dirinya dan kelompoknya, golongan dan mazhabnya.Seyogianya aqidah yang tertanam dalam dirinya minimal adalah hadits Rosul dijadikannya sebagai petunjuk tehnis pola hidupnya dalam bersikap dan berprilaku. Dan secara maksimalnya adalah sebagai Hujjah buat manusia demi Gengsi Ajaran/Risalah Allah di muka Bumi/ mengangkat ke-Agungan Dinullah di atas semua Diin lainnya.
Bukankah gengsi seperti itu yang bermarwah ?. Sebaliknya bukankah mengangkat gengsi pribadi dan golongan apalagi buat segelintir orang dan mazhab sangat tidak etis dan tidak berestetika ? karena sebenarnya telah ada sistem otomatisasi yang diberikan Allah buat semua manusia yang mampu mengangkat gengsi Ajaran Islam, gengsi Diinullah dimuka Bumi akan terangkat pula Dzikirnya/sebutannya, baik dimata manusia apalagi dalam pandangan Allah. Mengapa manusia sibuk mencari marwah dan nama dimata manusia, ingin dipandang dan ditonjolkan pendapatnya ?, benarkah untuk menda'wah ke jalan Allah ? atau bukan untuk menda'wah ke jalan kelompok dan golongan?. Kejujuran dan kesadaran diri inilah jawabannya. 

Jangan bengkokkan hidup manusia hanya karena menginginkan mereka mengikuti kita.  Dewasakanlah ummat ini hingga fitrahnya mampu menangkap sinyal kebenaran dari Allah dan RosulNya, tanpa terhalang oleh keegoismean kita, apakah sebagai da'i/guru atau sebagai ulama yang kerapkali  suka bertanding subjektifitas pribadi, demi ego, demi ajang, demi thoghut insaniyah kita sebagai manusia yang ingin dipandang dan diperhitungkan dalam kancah kehidupan yang entah didasarkan apa motivasinya. Bukankah motivasi manusia dalam berkata, berbuat dan bersikap begitu beragam ? Kejujuran diri dan kesadaran sudurlah yang mesti menjawabnya.

Ada orang yang suka menyatakan "perkataan Rosulullah yang terbaik, tiada lagi hadits sebaik hadits Rosulullah saw". Bahkan ada yang lebih ekstrim lagi berkata "tidak perlu perkataan selain perkataan Rosulullah". Ini adalah perkataan seorang fanatis tapi belum tuntas semua hudan, bayan dan furqon ilmu yang dia pelajari hingga nyaris perkataannya terlalu berat sebelah. Padahal tiada perkataan yang terlebih hebat selain perkataan Allah, tiada pula perkataan yang terlebih ihsan selain perkataan Allah, dan tiada pula perkataan yang terlebih etis estetis selain perkataan Allah.

Dalam persoalan hadits, tiada yang terlebih baik selain hadits dari Allah. Pertanyaannya apa yang disebut hadits Allah ? jawabnya : Kitabullah (lihat QS 39:23). Kalau dalam da'wah, tiada perkataan yang terlebih baik selain perkataan yang mengajak manusia ke jalan Allah dan beramal sholih (buka QS. 41:33). Dan dalam persoalan Diin seseorang, tiada yang terlebih ihsan selain orang yang paling islam wajahnya/personalitynya di hadapan Allah, sedang dia seorang yang beretika dan berestetika (lih.QS 4:125).

Begitupun dalam persoalan hukum, tiada yang terlebih baik selain hukum Allah, namun hanya bagi yang sudah senantiasa/punya keyakinan saja (Lih, 5:50). Buta orang yang masih ragu dan meragukan Hukum Allah sudah lah pasti dalam hatinya lebih memilih hukum lain sebagai alternatif pilihan, sekalipun dia seorang muslim, konon. Padahal kalau benar sebagai Muslim, Allah telah pilihkan Kitab Allah sebagai Undang-Undang kebenaran dan Hukum, sebaik-baik perkataan yang tidak akan pernah bengkok buat selama-lamanya (39:28). Apakah yang Muslim yang masih memilih produk yang lain tidak mengetahui hal ini ? mungkin saja. Yang pasti kuatkan keyakinan diri agar tetap lurus berjalan di muka bumi.

Kalau ditanya "Dimanakah posisi perkataan Rosulullah   dalam Diinul Islam ? jawabnya dalam urutan yang ke dua setelah Kitabullah. Hadits Allah adalah Kitabullah itu, maka hadits Rosul apa ? Sunnah Rosulullah. Pertanyaannya adalah apakah sunnaturasulullah itu ? sunnaturasul itu adalah semua sepak terjang Nabi Muhammad sebagai utusan Allah dalam mengaplikasikan visi dan misi Allah dalam KitabNya. Sunnah Rosulullah fungsinya sebagai representatif implementasi Hadits Allah (Kitabullah). Namun begitu semua hadits yang konon disandarkan dan didasarkan pada perkataan Rosul harus dirujuk ke Kitabullah sebagai rujukan nilai penjustifikasi kelaikan Hadits.

Rosulullah itu adalah sosok yang terbaik dalam mengaplikasikan visi dan misi Al-qur'an/Kitabullah. Jadi
kalau persoalannya ; mana yang terlebih baik, maka Rosul itulah yang terbaik dalam aplikasi dan implementasi Qur'an. sedang Allah terbaik dalam persoalan PerkataanNya. Terus kita ? terbaik dalam soal apa ? apakah dalam persoalan meninggalkan Allah dan RosulNya ? apakah yang terbaik dalam soal mendurhakaiNya ? atau apakah yang terbaik sebagai pengikut Rosulullah ? kitalah yang paling mengetahui jawabannya.
Semoga kalimat ini menjadi hujjah buat Iman kita bersama, demi keta'atan kepada Allah dan RosulNya. Amin ya Robbal 'alamin.